| No comment yet

Dicari: Pemalas

 


Sekali lagi kita bicara tentang lowongan pekerjaan. Setiap saat kita melihat kata-kata bahwa calon pekerja yang dicari adalah orang yang punya motivasi dan bersemangat kerja tinggi. Atau dapat pula kita lihat bahwa yang dicari adalah orang yang punya inisiatif, dapat bekerjasama dan banyak lagi kata-kata yang menunjukkan bahwa orang yang dicari adalah orang yang cukup rajin, ulet, penuh ide. Jelas tidak akan ada perusahaan yang mencari pemalas.

Orang yang setelah diterima untuk bekerja, hanya datang pagi hari, duduk diam atau hanya baca koran, pergi keluar siang hari dengan alasan istirahat makan, kemudian masuk lagi dan tetap saja hanya duduk sambil bicara ke sana ke mari atau baca koran lagi, dan pulang. Memang, justru karena aneh, maka tidak ada yang berani mengumumkan bahwa mereka mencari orang yang malas.

Saya yakin Anda (yang pemilik bisnis) pasti tertawa terbahak-bahak membayangkan bila Anda membuat iklan lowongan kerja mencari orang malas. Pasti Anda akan serta merta, lebih baik menderma dan menjadi filantropi daripada mempekerjakan orang malas. Betapa tidak. Sangat besar resiko bagi Anda bila mempekerjakan orang malas. Karena mau tidak mau Anda tetap akan memberikan gaji kepada orang yang bersangkutan, paling tidak sampai Anda memutuskan hubungan kerja dengan yang bersangkutan. Maka ketika orang tersebut masih mendapatkan gaji dan masih terdaftar sebagai pegawai di tempat Anda, berarti semua pegawai Anda yang lain akan mengetahui kemalasan yang bersangkutan.

Di sisi lain dalam setiap perusahaan yang berpegawai lebih dari seribu orang, seringkali terdapat 3 (tiga) kelompok pekerja. Pekerja yang self motivated, dari sinilah ide-ide cemerlang sering berasal.Mereka bisa bekerja di unit kerja manapun tetapi seringkali terhubung dalam sebuah jaringan pertemanan atau paling tidak akan sering berdiskusi. Lalu ada kelompok ragu-ragu, karena merasa selama ini sudah bekerja baik tetapi belum terperhatikan seperti promosi atau mutasi ke tempat atau unit kerja yang dia minati. Yang terakhir adalah para pemalas. Mereka mungkin karena sudah kehilangan motivasi atau memang aslinya suka bersantai, tidak bekerja tetapi ingin mendapatkan uang.

Jelas Anda tidak ingin memiliki pegawai seperti ini, tetapi Anda tidak punya sistem untuk mengeluarkan mereka dari perusahaan Anda. Anda bahkan khawatir untuk memecatnya karena ada sekian banyak peraturan yang terkait dengan PHK dan jelas kesinambungan hidup perusahaan Anda layak dipertahankan tanpa perlu dihantam badai tuntutan dari pegawai yang di PHK. Mungkin Anda punya sistem untuk memperingatkan dan memberhentikan pegawai tetapi itu berarti perusahaan Anda adalah perusahaan yang cukup besar dan itu bisa juga berarti sudah ada serikat pekerja perusahaan tersebut. Maka pemecatan juga akan menjadi sebuah proses yang cukup panjang melalui serangkaian negosiasi dengan serikat pekerja.
Saya tidak menyatakan bahwa serikat pekerja adalah lembaga yang selalu melindungi orang yang berbuat salah. Bukan demikian, tetapi serikat pekerja menjadi seperti perangkat hukum yang ingin memastikan bahwa seseorang memang melakukan kesalahan yang dituduhkan sehingga layak dijatuhi hukuman. Nah, kemalasan, sangat sulit untuk dinyatakan sebagai kesalahan. Karena tidak ada kerugian yang langsung dirasakan oleh individu-individu. Selain itu, sangat sulit untuk menghitung kerugian perusahaan karena seorang yang malas.

Seorang? Ya, Anda toh tidak dapat melakukan PHK pada sejumlah orang dengan satu kesalahan yang sama. Selalu harus dilakukan terhadap satu orang demi satu orang, walaupun kesalahan mereka sama. Maka perhitungan kerugian perusahaan pun hanya dapat dilakukan akibat kemalasan. Sekarang mari kita pindah ke sisi sebaliknya. Tadi kita semua sudah tahu seperti apa yang dimaksud dengan malas. Menjadi pertanyaan sekarang, benarkah Anda bisa mencapai tingkat kemalasan seperti tadi: datang pagi, tidak melakukan apapun di kantor dan pulang tepat waktu? Benarkah Anda tidak akan bosan tidak melakukan apapun selama di dalam kantor? Saya fikir itu tidak mungkin. Berarti Anda mungkin akan melakukan sesuatu seperti membaca koran, berbicara dengan teman yang kebetulan juga tidak sedang bekerja, menonton televisi (jika disediakan) atau menelpon ke sana kemari.

Wah ternyata banyak yang dapat Anda lakukan ya? Mari kita buka satu persatu. Membaca koran. Saya fikir, di organisasi apapun Anda bekerja sekarang, maka dapat dipastikan paling tidak dalam koran apapun, dapat dipastikan paling tidak ada satu berita yang berkaitan dengan tempat kerja Anda. Baik itu keluhan karena layanan konsumen yang diberikan oleh organisasi Anda, maupun layanan terbaik yang diberikan pada konsumen oleh organisasi atau perusahaan yang sejenis dengan tempat kerja Anda. Atau bisa saja orang mengeluh tentang keburukan layanan konsumen yang diberikan oleh organisasi atau perusahaan sejenis.Maka, selalu ada satu berita, paling tidak, yang terkait dengan tempat Anda bekerja.
\
Itu berarti Anda dapat mulai memanfaatkan waktu yang tidak Anda pergunakan untuk melakukan pekerjaan organisasi atau perusahaan Anda. Gunakan waktu itu untuk mengumpulkan berita. Anda mungkin kemudian akan tertarik untuk menganalisa tentang layanan seperti apa yang diharapkan oleh konsumen dari organisasi Anda, atau konsumen dari organisasi yang sejenis dengan tempat Anda bekerja.Maka, tanpa Anda sadari, Anda akan memberikan rekomendasi atas layanan yang akan diberikan kepada konsumen. Nah, sekarang, kemalasan Anda ternyata bermanfaat bagi tempat kerja Anda? Berbicara dengan teman? Tentang gosip artis? Tentang tempat makan atau makanan yang menarik? Atau tentang bagaimana konsumen mulai lebih sering mengkonsumsi layanan yang diberikan oleh perusahaan kompetitor?

Waduh, sudah mulai terlihat ya, betapa bicara dengan teman bisa memberikan manfaat bagi perusahaan tempat Anda bekerja. Nanti di bagian ‘Dicari: Penggosip’ akan kita buka lebih dalam. Menonton televisi? Kemalasan seperti ini yang sering Anda lakukan? Sepertinya akan sama persis dengan kemalasan bekerja dan mengalihkan ke membaca koran. Akan banyak sekali manfaat kemalasan Anda bagi perusahaan tempat Anda bekerja. Sementara kemalasan bekerja yang dialihkan menjadi menelpon ke sana kemari akan sejalan dengan kemalasan dan dialihkan dengan berbicara ke sesama pegawai, dan jelas akan kita kupas tuntas di bagian lain. Ah, apa iya kemalasan bisa dimanfaatkan?

Ya, kepada Anda para pemilik atau para pemimpin perusahaan, bila Anda perhatikan dengan seksama kemalasan masing-masing pegawai Anda dan bagaimana mereka mengalihkan kemalasan tersebut, Anda mungkin bisa mengubah kemalasan tersebut menjadi bermanfaat bagi perusahaan. Bagi Anda yang seringkali malas bekerja di kantor, mengapa Anda tidak mencari jalan untuk mengubah kemalasan itu jadi bermanfaat bagi perusahaan tempat Anda bekerja? Maka ketika pengalihan atas kemalasan Anda untuk bekerja sudah dialihkan, masihkah itu menjadi kemalasan?

Posting Komentar