| No comment yet

Gratis!!!



Apa yang ada di benak Anda jika melihat atau mendengar kalimat atau headline yang mengandung kata-kata "Gratis", "Free", "Cuma-Cuma", dan sejenisnya?

Setidaknya, apakah Anda tertarik membaca artikel ini karena salah satu penyebabnya berjudul "GRATIS"? Mungkin di antara Anda ada yang berpikir, "Apanya yang gratis ya?" atau "Mungkin saya bisa mendapatkan 'gratis'-nya setelah membaca" (meskipun belum tahu "gratis"-nya dalam bentuk apa atau berupa apa).

Bagi Anda yang menginginkan atau berharap ada sesuatu yang "gratis", saya akan memberikan kepada Anda ilmu marketing yang dahsyat, yaitu: "penawaran gratis".

Dari dulu hingga kini "gratis" atau "free" memang mempunyai daya tarik tersendiri. Contohnya, kalau kita klik mesin pencari di internet; akan ditemukan bukan hanya ratusan ribu, namun bisa sampai ratusan juta untuk kata "gratis", dan untuk "free" bisa sampai miliaran.

Mengapa orang atau konsumen suka "gratis" atau "free"? Salah satu alasannya mereka akan berpikir: "Toh, tidak ada salahnya untuk dicoba, kan mumpung lagi gratis”. Coba Anda ingat–ingat, kira–kira promosi "gratis" apa yang pernah Anda lihat, dengar atau alami? Dan bagaimana kesan Anda pertama kali?

Di bawah ini adalah contoh-contoh iklan "gratis" yang mungkin sering kita lihat atau dengar: Gratis biaya kirim untuk pemesanan. Gratis isi angin untuk motor atau mobil Anda. Gratis lap kaca mobil sambil isi bensin. Gratis parkir. Gratis tiket masuk. Gratis telepon. Gratis SMS. Gratis CD audio. Hingga "Mudik Gratis" dan sebagainya. Di internet mungkin Anda juga sering melihat: Gratis web hosting. Gratis e-book. Gratis download file atau aplikasi.Pasang iklan gratis.

Sedangkan di dunia properti mungkin pernah Anda lihat: Beli rumah gratis taman. Beli rumah gratis kolam renang, dan sebagainya. Saking banyaknya promosi yang menawarkan sesuai serba gratis, mungkin kita pernah bertanya, "Nanti kalau gratis bukannya rugi?” Dalam strategi pemasaran, harus selalu kita ingat bahwa: Meski gratis, harus dipastikan jangan sampai merugi. Meskipun hanya untung kecil, jangan rugi. Penawaran gratis yang memiliki prinsip: big value-low cost. Big value bagi konsumen atau pelanggan dan low cost-biaya murah bagi pebisnis.

Contoh: Gratis cek oli, gratis cek tekanan ban, dan seterusnya. Seharusnya ketika ada penawaran" gratis", semakin banyak orang yang berminat untuk mendapatkannya. Contohnya: operating system (OS) smartphone yang sedang seruserunya bertanding untuk memberikan berbagai aplikasi gratis. Di antaranya Android dan iOS yang telah berhasil memikat banyak pelanggan karena banyak tersedia aplikasi gratis dan menarik.

Dari situ ternyata akhirnya banyak yang terpikat pula untuk membeli aplikasi berbayar. Apakah mungkin ada penawaran "Beli helm, gratis motor"? Mungkin saja itu bisa terjadi karena ternyata syaratnya harus dengan membeli helmnya sekian ribu unit. Atau mungkin bukan ribuan, namun helmnya adalah helm eksklusif dengan harga yang premium. Sekali lagi, kalau Anda ingin membuat strategi "gratis"; tentunya juga harus dengan melakukan perhitungan yang tepat sehingga Anda tidak harus merugi.

Tes dan ukur merupakan hal yang mutlak. Jangan sampai sudah dipasang penawaran "gratis" selama berbulan-bulan, tetapi tetap saja sepi penjualan. Akhirnya, justru bisa membuat orang lain yang melihatnya atau yang lewat malah curiga; "Ini karena tidak laku, atau kualitasnya jelek, makanya terus-terusan gratis? Kok berbulan-bulan sudah ‘gratis’, tapi tetap saja sepi". Bagaimana strategi yang tepat agar penawaran “gratis”, tapi tetap efektif untuk peningkatan pemasaran Anda?

Dan apa yang harus dilakukan setelah banyak yang memberikan berbagai penawaran gratis? Termasuk dari para kompetitor Anda? Atau, mengapa Anda sudah memberikan berbagai penawaran "gratis", namun masih saja belum banyak orang yang meresponsnya, bahkan masih sepi-sepi saja dan tidak jauh berbeda dengan sebelumnya?

Tentu saja, di balik penawaran "gratis" ini ada beberapa cara atau tahapan yang harus dilakukan untuk bisa mengoptimalkan hasil penjualan secara keseluruhan.

Posting Komentar