| No comment yet

Kesuksesan Sama Dengan Ukuran Seberapa Besar Anda Menguntungkan

Penulis : Tommy Setiawan ( Profil Penulis )

Kesuksesan kerap dimaknai secara DANGKAL sebagai ukuran dari apa yang telah kita raih. Padahal hakikat kesuksesan itu adalah ukuran dari seberapa besar kita mendatangkan keuntungan bagi orang lain. Saat Anda telah dinilai mampu "memberikan" manfaat, maka materi hanyalah sebagian kecil saja dari hasil yang akan didapat.

            Mari kita tengok sejenak profil orang-orang yang telah menapaki jenjang kesuksesan, di bidang apapun mereka berkarya. Pencapaian lahiriah mereka, baik popularitas maupun penghasilannya, selalu akan menimbulkan decak kagum. Serba gemerlap memang. Namun bila hanya itu yang terlihat, maka sesungguhnya Anda baru melihat KULIT-nya saja dan belum mampu memahami ESENSI-nya.                 

            Pemahaman akan esensi kesuksesan menjadi sangat penting karena akan menghindarkan kita dari kehilangan arah. Kenyataannya, banyak sekali orang yang akhirnya bertanya-tanya mengapa kesuksesan itu BELUM juga terwujud, meskipun ia secara disiplin telah menjalankan langkah-langkah kongret seperti:
  • menyusun goal setting
  • membuat visualisasi impian
  • mengikuti biografi orang-orang sukses
  • dan masih banyak lagi kiat-kiat sukses lainnya

Inilah saatnya Anda merenungkan satu pertanyaan pokok, "Apakah yang telah saya lakukan ini akan membawa manfaat untuk orang lain..?"

            Ini adalah Hukum Alam, Hukum Sebab-Akibat, bahwa semakin besar kontribusi Anda bagi kebaikan semesta, maka semakin besar pula APRESIASI alam semesta pada Anda, tentunya atas seijin Beliau Yang Maha Kuasa. Inilah hakikat kesuksesan. Tebarkanlah manfaat, lalu serahkan hasilnya pada Sang Maha Pemurah. Ingat, komputasi alam semesta adalah sebuah proses yang super canggih, .....dan juga super JUJUR.

            Sebagai contoh, kita dapat belajar dari sosok presenter-komedian, Tukul Arwana. Selalu bepergian menggunakan Toyota Alphard, hanya bermodalkan banyolan sederhana. Sekilas kita mungkin berkomentar,"Kok enak ya...?" Namun bila kita menggunakan mindset MANFAAT seperti di atas tadi, akan nampak kenyataan berikut ini:
  • Ribuan orang yang terhibur dengan banyolannya yang "sederhana" itu
  • Kenaikan rating stasiun TV yang menyiarkannya
  • Tim pendukungnya yang juga sukses meniti karir di dunia hiburan
  • Produk consumer goods yang omsetnya terbantu dengan Tukul sebagai endorser

Dengan sekian banyak MANFAAT yang diberikan Tukul, rasanya tidak berlebihan bila alam semesta mengapresiasinya dengan materi berlimpah, termasuk Alphard tadi.

Hakikat kesuksesan ini berlaku di semua lini kehidupan. Sebagai contoh lain, bila kita terinspirasi dengan sosok seorang Top Level Executive, yang selalu dibalut dengan setelan jas Armani dan berkendaraan BMW seri terbaru, mungkin ini saatnya Anda melihat kenyataan berikut ini:
  • Betapa sentuhannya telah menjadikan perusahaannya sangat produktif
  • Rekan kerjanya yang menjadi tentram karena yakin perusahaan selalu profitable
  • Klien perusahaan tersebut yang merasa mantap dalam bermitra

Bukankah lipahan materi pada sang Top Executive tersebut sungguh sepadan dengan kontribusinya pada "lingkungannya"? Ya, Tuhan Sang Maha Pemberi Rejeki selalu bekerja dengan sangat RASIONAL. Karena itu, Beliau pun menghendaki agar kita menjalani hidup ini dengan mindset yang rasional pula.

            Sampai di titik ini, kita tentu sepakat bahwa langkah pokok dalam membangun kesuksesan adalah membangun KAPASITAS dari diri ini, sehingga kita akan mampu memberikan MANFAAT yang maksimal pada lingkungan tempat kita berkarya.

Rejeki akan datang dengan cara yang tak terduga. Bisa datang dari bisnis kita sekarang, ataupun bisnis kita kelak yang lebih sesuai dengan kapasitas kita. Bisa datang dari perusahaan tempat kita bekerja sekarang, atau dari perusahaan lain kelak. Dimanapun kita berkarya, pastikan bahwa kita terfokus dalam membangun KAPASITAS.

            Secara spiritual dikatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat. Bahkan Beliau Sang Maha Kuasa telah mengatakan bahwa manusia tidak diutus ke dunia kecuali untuk menjadi rahmat bagi semesta alam... Ini adalah sebuah kenyataan universal, bukan monopoli agama tertentu saja. Dalam falsafah Jawa kuno juga dikenal istilah hamemayu hayuning bawana (mempercantik bumi yang indah ini).

Posting Komentar