| No comment yet

Tension: Kunci Sukses Execution


Kesempurnaan bisa saja terdapat pada sebuah strategi, tapi kekurangannya ada pada tahap eksekusi. -Brent Scowcroft

Dalam meraih suatu tujuan, seseorang atau perusahaan memerlukan sebuah strategi pencapaian tujuan yang dijabarkan dalam satu atau beberapa rencana kerja. Rencana yang baik mesti memiliki sasaran-sasaran yang jelas, prosedur yang terperinci, batas waktu yang tegas, personil yang bertanggung jawab atau berkomitmen.
Namun, rencana sehebat apapun tidak akan menghasilkan apa-apa jika tidak dieksekusi. Eksekusi yang efektif memerlukan kedisiplinan bagi pelaksanaan rencana strateginya. Sebelumnya diblog  ini saya sudah menuliskan tentang ilmu disiplin eksekusi.

Percuma memiliki suatu visi dan misi yang mulia, ide atau gagasan yang brilyan, tujuan dan cita-cita yang tinggi, rencana kerja dan jadwal prioritas yang cerdas kalau tidak dieksekusi tidak akan membawa hasil.
Tantangannya adalah memulai eksekusi tersebut. Banyak yang melakukan penundaan, masih sibuk berencana atau memang kurang termotivasi untuk beraksi.

Inisiatif untuk bertindak perlu suatu dorongan dari dalam yang bersifat psikologis. Tekanan psikologis yang memadai akan mendorong suatu tindakan. Tekanan mental yang cukup akan menghentikan penundaan dan memotivasi execution. Tekanan yang mengobarkan motivasi ini disebut tension.
Tension atau tekanan adalah pemicu pelaksanaan atau eksekusi. Perubahan dapat terjadi karena adanya tekanan ini. Seseorang yang mulai merasa tidak nyaman dan tertekan akan berusaha dengan sesegera mungkin untuk mengubah keadaan agar menjadi lebih baik dan nyaman.
Tanpa adanya ketegangan tidak akan ada produktivitas. Produktivitas ini dihasilkan dari kondisi ‘Flow’ seperti yang pernah saya tuliskan di blog  ini. Silahkan membaca tentang teori ‘Flow’ sebagai kondisi yang mendukung kontribusi kinerja secara maksimal.

Tapi harus diingat agar ketegangan tersebut tidak sampai berlebihan dan menimbulkan stres yang terlalu menekan. Stres yang memberatkan bisa melumpuhkan dan merusak kejiwaan seseorang. Tekanan yang optimal adalah yang berada sedikit diatas level kompetensi tapi masih di dalam kontrol. Cukup untuk memberikan tantangan bagi keahlian/kemampuan seseorang namun tetap bisa dikendalikan.

Sebaliknya, jika tekanan mental kurang atau tidak ada ketegangan psikologis (tension), orang cenderung menjadi malas dan apatis. Terdemotivasi dan tidak semangat untuk berusaha melakukan perubahan apapun. Terbuai dalam zona nyaman atau comfort zone. Padahal kunci sukses itu adalah implementasi strategi yang berupa eksekusi. Dan keberhasilan eksekusi dipengaruhi oleh tingkat tensi atau tekanan yang ada.
Tekanan bisa berupa pernyataan komitmen secara publik dan terbuka, peluang atau kesempatan yang bisa hilang, pembatasan waktu pencapaian sasaran (deadline), ancaman yang nyata atau potensi kerugian yang signifikan di masa depan, penalti, sanksi, serta hukuman, dan sebagainya.

Seorang pemimpin yang mengharapkan eksekusi strateginya oleh para anggota tim kerja-nya harus menciptakan suatu tekanan yang cukup untuk memotivasi eksekusi. Motivasi karyawan secara harian juga membutuhkan dosis tekanan mental yang memadai dari para manajer atau atasan dan sistem serta lingkungan perusahaan.

Sehingga, kesenjangan antara perencanaan dengan pelaksanaan dapat dijembatani oleh yang namanya tension. Maka, ciptakan tension agar segera action!

Posting Komentar