POLYOLESTER

| No comment yet

Polyolester, 

minyak pelumas sintetis, teknologi proses

 SUMBER : Prosiding Seminar Teknologi untuk Negeri 2003, Vol. III, hal. 165 - 175 /HUMAS-BPPT/ANY PENDAHULUAN 

Minyak pelumas (oli) merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam mesin piston (motor bakar) atau mesin-mesin dimana terdapat komponen yang bergerak, seperti shaft, bearing dan gear. Hal ini karena oli berfungsi sebagai pelumas pada permukaan komponen yang saling bersentuhan. Dengan adanya pelumas, energi yang terbuang karena gesekan menjadi minimal dan dengan demikian usia pakai komponen menjadi bertambah. Fungsi oli yang lain adalah sebagai pendingin dari efek panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dan dari gesekan antara komponen. Bahan dasar minyak pelumas baik minyak pelumas otomotif ataupun industri pada umumnya berupa minyak mineral yang merupakan campuran dari beberapa jenis hidrokarbon minyak bumi. Pada era industrialisasi ini, kebutuhan akan minyak bumi meningkat dengan tajam. Sebaliknya persediaan minyak bumi di dunia makin menipis. Keadaan ini memacu produksi minyak sintetis sebagai bahan dasar alternatif dalam pembuatan minyak pelumas. Meskipun harga minyak sintetik ini relatif lebih mahal daripada minyak mineral, namun pada umumnya minyak ini mempunyai sifat yang lebih unggul terutama dalam hal stabilitas termalnya, sifat alir, indek viskositas dan stabilitas penguapannya. Oleh karena itu minyak pelumas yang diformulasikan dengan minyak sintetis akan memberikan unjuk kerja yang lebih baik dibandingkan dengan formulasi dengan minyak mineral. (E. Suhardono, dkk, 1999). Salah satu bahan kimia yang banyak dipakai sebagai bahan dasar minyak pelumas sintetis adalah polyolester. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa viskositas dan densitas terlihat bahwa hasil yang didapat menyerupai pelumas hidolik dengan tipe VG 5 atau PG 10 jenis pelumas dari pertamina. Hasil analisa dengan menggunakan GC MS, terlihat bahwa telah terbentuk senyawa polyolester, tetapi belum maksimal karena baru terbentuk ±21 % dan setelah melalui proses hidrolisis ada peningkatan 5 % menjadi 26 %, hasil ini masih sangat sedikit sekali. Hasil seperti ini bisa disebabkan karena prosesnya yang kurang maksimal atau dari komposisi reaktan dan jenis katalis. Oleh karena itu perlu dilakukan proses pembuatan polyolester kembali sehingga didapatkan hasil yang maksimal dengan menggunakan metode lain yang lebih baik.

Posting Komentar